BOM DALAM DIRI KITA SENDIRI
Seperti sebuah bom, hidup kita memang menyimpan, bahkan mungkin
berawal dari sebuah ledakan. Para ahli astronomi dan fisika luar angkasa
menyebut “ledakan besar” atau big bang sebagai awal dari semesta ini,
awal dari kehidupan dan manusia. Begitupun hidup manusia, dikejutkan
oleh ledakan-ledakan gunung api yang memusnahkan dan melahirkan ras baru
manusia, seperti ledakan Toba 150 ribu tahun yang lalu.
Dalam
hidup sehari-hari, awal hidup manusia pun dikejutkan oleh sebuah ledakan
yang keluar teriakan jabang bayi saat menghirup oksigen pertama
kalinya. Hidup manusia dan manusia hidup mirip sebuah bom, juga tangisan
yang mengiringinya. Ledakan tangis adalah bahasa manusia pertama,
bahasa paling purba. Itulah kebudayaan tertua, tangis yang meledak.
Tapi,
belakangan ini, bahasa itu telah ditransfer atau dipinjam oleh
kebudayaan modern untuk menjadi senjata. Menjadi arsenal yang mengancam,
menakutkan dan menaklukkan. Sejak mesiu dan petasan ditemukan pertama
kali di China, ledakan adalah sebuah destruksi yang tidak hanya
mengancam jiwa, gedung dan prasarana, tapi juga adab dan kebudayaan
kita. Daya destruksi inilah yang membuat Alfred Nobel, seperti menyesali
karya monumentalnya sendiri, dinamit, dengan mendirikan yayasan yang
menyuarakan perdamaian.
Begitupun Albert Einstein, seperti
menyesal saat formulasi teoritik paling populer sepanjang masa yang ia
ciptakan, E = mc², menjadi ilham bagi munculnya bom atom yang
melenyapkan bukan hanya manusia, tapi juga peradaban dua pulau di
Jepang, Hiroshima dan Nagasaki. Bersama Sigmund Freud juga Schopenhauer
dia berkorespondensi menyuarakan hati pasifisnya untuk perdamaian dan
penolakan terhadap bom, anak kandungnya sendiri.
Tapi zaman yang
degil dan kian absurd ini ternyata kian tidak peduli pada mereka yang
arif dan bijaksana. Zaman ini hanya peduli pada produk. Bom tetap
diproduksi, beredar, dibeli dan digunakan, untuk segala keperluan. Dalam
perang, dalam industri, dalam pertambangan, hingga untuk teror yang
berkepanjangan.
Bom bukan lagi sebuah alat atau produk yang
eksklusif untuk keperluan tertentu saja. Kini kita menjumpainya dalam
bentuk-bentuk yang sangat sehari-hari, populer dan portable. Dalam tas
belanjaan, dalam rompi, dalam untaian bunga dan terakhir dalam sebuah
buku. Sebuah ironi destruksi dan kejahatan itu tersimpan dalam sebuah
monumen yang menyimpan sejarah, ilmu, bahkan keyakinan: buku.
Fenomena
baru ini seperti memberi pemahaman yang teroritik pada kita: bahkan
sebuah medium pengetahuan dan keyakinan pun bisa menjadi sebuah ancaman,
bisa jadi penyebab kerusakan fatal. Teror seperti ini lebih fatal dan
mengerikan dari ledakan bom itu sendiri. Rantai bom belakangan ini
sekadar susulan dari beberapa “bom” sosial lainnya yang terjadi
sebelumnya, seperti kerusuhan agama di Cikeusik dan Temanggung.
Semua
peristiwa itu memang tampaknya memberi efek yang menggiriskan, yakni
merosotnya rasa aman dalam diri kita sebagai sebuah bangsa, ketika
tempat-tempat yang selama ini dianggap damai, sejahtera dan sentosa
seperti Cikeusik dan Temanggung, ternyata juga menyimpang bomnya
sendiri.
Lunturnya rasa aman itu dilengkapi dengan runtuhnya otoritas-otoritas
yang selama ini menjadi pegangan rasa aman kita, mulai dari otoritas
politik, hukum, ekonomi, agama, akademik hingga kebudayaan. Pemerintah
terpilih, Anda tahu sendiri, adalan sentrum dari penggerogotan otoritas
itu. Bisa Anda bayangkan sendiri, bila kita, sebagai individu atau
sebagai bangsa, sudah tidak lagi merasa aman dan nyaman, sementara tak
ada otoritas tempat kita mengacu dan berlindung. Chaos? Nampaknya
demikian.
Nampaknya demikian. Tapi kenyataan bukanlah sesuatu
yang dapat diwakili oleh “nampaknya”. Kenyataan kita sebenarnya sebagai
individu atau manusia, sebagai komunitas atau bangsa, bukanlah makhluk
cengeng yang mudah diancam. Kita punya pengalaman panjang, ratusan
bahkan ribuan tahun untuk membuktikan itu. Apa sebab dan alasannya?
Sebab dan alasannya adalah diri kita, adalah kenyataan kita sebagai
sebuah negeri dengan kekayaan budaya yang luar biasa, yang tak tersaingi
belahan dunia manapun. Kita adalah adikuasa dunia dalam kebudayaan.
Masyarakat
yang kita susun di kepulauan ini melahirkan berbagai karakter, adat,
adab, hingga sikap, pola pikir dan perilaku yang sangat beragam. Sangat
beragam. Sehingga tidak ada satu kuasa, politik atau ideologis apa pun,
yang dapat menguasainya begitu saja. Tidak ada satu cara yang mampu
menggoyah kekuatan yang sangat beragam itu. Tidak kekuatan militer,
politik, kolonial, bahkan bencana alam pun. Apalagi hanya sebuah bom
picisan.
S128Cash Bandar Betting Online Terbaik dan Terpercaya Indonesia.
BalasHapusSegera bergabung bersama kami dan raih kemanangan Anda.
Semua permainan Populer Kalangan masyarakat Indonesia tersedia disini seperti :
- Sportsbook
- Live Casino
- Sabung Ayam Online
- IDN Poker
- Slot Games Online
- Tembak Ikan Online
- Klik4D
Alasan S128Cash menjadi yang Terbaik :
- 100% Aman & Terpercaya
- Kenyamanan dan Kepuasan member selalu di utamakan.
- Pelayanan 24 Jam / 7 Hari NONSTOP dan pastinya dilayani CS yang Profesional dan Sopan
- Untuk pendaftaran FREE, Mudah dan Cepat !!
- Menyediakan semu bank local Indonesia (Transaksi 24 Jam, TIDAK ADA JAM OFFLINE !!)
- Menyediakan deposit via Pulsa, OVO, dan GOPAY.
- Proses semua transaksi hanya butuh kurang dari 2 menit.
Demi Kenyamanan dan Kepuasan member, S128Cash juga menyediakan berbagai PROMO BONUS yang sangat menguntungkan, yaitu :
- BONUS NEW MEMBER 10%
- BONUS DEPOSIT SETIAP HARI 5%
- BONUS CASHBACK 10%
- BONUS 7x KEMENANGAN BERUNTUN !!
Untuk informasi lebih lanjut bisa hubungi kami melalui :
- Livechat : Live Chat Judi Online
- WhatsApp : 081910053031
Link Alternatif :
- http://www.s128cash.biz
Judi Bola
Agen Judi Bola Terbaik