ARIF MUSTOFA

Minggu, 18 Desember 2011

DIRI SENDIRI

 BOM DALAM DIRI KITA SENDIRI





Seperti sebuah bom, hidup kita memang menyimpan, bahkan mungkin berawal dari sebuah ledakan. Para ahli astronomi dan fisika luar angkasa menyebut “ledakan besar” atau big bang sebagai awal dari semesta ini, awal dari kehidupan dan manusia. Begitupun hidup manusia, dikejutkan oleh ledakan-ledakan gunung api yang memusnahkan dan melahirkan ras baru manusia, seperti ledakan Toba 150 ribu tahun yang lalu.

Dalam hidup sehari-hari, awal hidup manusia pun dikejutkan oleh sebuah ledakan yang keluar teriakan jabang bayi saat menghirup oksigen pertama kalinya. Hidup manusia dan manusia hidup mirip sebuah bom, juga tangisan yang mengiringinya. Ledakan tangis adalah bahasa manusia pertama, bahasa paling purba. Itulah kebudayaan tertua, tangis yang meledak.

Tapi, belakangan ini, bahasa itu telah ditransfer atau dipinjam oleh kebudayaan modern untuk menjadi senjata. Menjadi arsenal yang mengancam, menakutkan dan menaklukkan. Sejak mesiu dan petasan ditemukan pertama kali di China, ledakan adalah sebuah destruksi yang tidak hanya mengancam jiwa, gedung dan prasarana, tapi juga adab dan kebudayaan kita. Daya destruksi inilah yang membuat Alfred Nobel, seperti menyesali karya monumentalnya sendiri, dinamit, dengan mendirikan yayasan yang menyuarakan perdamaian.

Begitupun Albert Einstein, seperti menyesal saat formulasi teoritik paling populer sepanjang masa yang ia ciptakan, E = mc², menjadi ilham bagi munculnya bom atom yang melenyapkan bukan hanya manusia, tapi juga peradaban dua pulau di Jepang, Hiroshima dan Nagasaki. Bersama Sigmund Freud juga Schopenhauer dia berkorespondensi menyuarakan hati pasifisnya untuk perdamaian dan penolakan terhadap bom, anak kandungnya sendiri.

Tapi zaman yang degil dan kian absurd ini ternyata kian tidak peduli pada mereka yang arif dan bijaksana. Zaman ini hanya peduli pada produk. Bom tetap diproduksi, beredar, dibeli dan digunakan, untuk segala keperluan. Dalam perang, dalam industri, dalam pertambangan, hingga untuk teror yang berkepanjangan.

Bom bukan lagi sebuah alat atau produk yang eksklusif untuk keperluan tertentu saja. Kini kita menjumpainya dalam bentuk-bentuk yang sangat sehari-hari, populer dan portable. Dalam tas belanjaan, dalam rompi, dalam untaian bunga dan terakhir dalam sebuah buku. Sebuah ironi destruksi dan kejahatan itu tersimpan dalam sebuah monumen yang menyimpan sejarah, ilmu, bahkan keyakinan: buku.

Fenomena baru ini seperti memberi pemahaman yang teroritik pada kita: bahkan sebuah medium pengetahuan dan keyakinan pun bisa menjadi sebuah ancaman, bisa jadi penyebab kerusakan fatal. Teror seperti ini lebih fatal dan mengerikan dari ledakan bom itu sendiri. Rantai bom belakangan ini sekadar susulan dari beberapa “bom” sosial lainnya yang terjadi sebelumnya, seperti kerusuhan agama di Cikeusik dan Temanggung.

Semua peristiwa itu memang tampaknya memberi efek yang menggiriskan, yakni merosotnya rasa aman dalam diri kita sebagai sebuah bangsa, ketika tempat-tempat yang selama ini dianggap damai, sejahtera dan sentosa seperti Cikeusik dan Temanggung, ternyata juga menyimpang bomnya sendiri.
Lunturnya rasa aman itu dilengkapi dengan runtuhnya otoritas-otoritas yang selama ini menjadi pegangan rasa aman kita, mulai dari otoritas politik, hukum,  ekonomi, agama, akademik hingga kebudayaan. Pemerintah terpilih, Anda tahu sendiri, adalan sentrum dari penggerogotan otoritas itu. Bisa Anda bayangkan sendiri, bila kita, sebagai individu atau sebagai bangsa, sudah tidak lagi merasa aman dan nyaman, sementara tak ada otoritas tempat kita mengacu dan berlindung. Chaos? Nampaknya demikian.

Nampaknya demikian. Tapi kenyataan bukanlah sesuatu yang dapat diwakili oleh “nampaknya”. Kenyataan kita sebenarnya sebagai individu atau manusia, sebagai komunitas atau bangsa, bukanlah makhluk cengeng yang mudah diancam. Kita punya pengalaman panjang, ratusan bahkan ribuan tahun untuk membuktikan itu. Apa sebab dan alasannya? Sebab dan alasannya adalah diri kita, adalah kenyataan kita sebagai sebuah negeri dengan kekayaan budaya yang luar biasa, yang tak tersaingi belahan dunia manapun. Kita adalah adikuasa dunia dalam kebudayaan.

Masyarakat yang kita susun di kepulauan ini melahirkan berbagai karakter, adat, adab, hingga sikap, pola pikir dan perilaku yang sangat beragam. Sangat beragam. Sehingga tidak ada satu kuasa, politik atau ideologis apa pun, yang dapat menguasainya begitu saja. Tidak ada satu cara yang mampu menggoyah kekuatan yang sangat beragam itu. Tidak kekuatan militer, politik, kolonial, bahkan bencana alam pun. Apalagi hanya sebuah bom picisan.

1 komentar:

  1. S128Cash Bandar Betting Online Terbaik dan Terpercaya Indonesia.
    Segera bergabung bersama kami dan raih kemanangan Anda.
    Semua permainan Populer Kalangan masyarakat Indonesia tersedia disini seperti :
    - Sportsbook
    - Live Casino
    - Sabung Ayam Online
    - IDN Poker
    - Slot Games Online
    - Tembak Ikan Online
    - Klik4D

    Alasan S128Cash menjadi yang Terbaik :
    - 100% Aman & Terpercaya
    - Kenyamanan dan Kepuasan member selalu di utamakan.
    - Pelayanan 24 Jam / 7 Hari NONSTOP dan pastinya dilayani CS yang Profesional dan Sopan
    - Untuk pendaftaran FREE, Mudah dan Cepat !!
    - Menyediakan semu bank local Indonesia (Transaksi 24 Jam, TIDAK ADA JAM OFFLINE !!)
    - Menyediakan deposit via Pulsa, OVO, dan GOPAY.
    - Proses semua transaksi hanya butuh kurang dari 2 menit.

    Demi Kenyamanan dan Kepuasan member, S128Cash juga menyediakan berbagai PROMO BONUS yang sangat menguntungkan, yaitu :
    - BONUS NEW MEMBER 10%
    - BONUS DEPOSIT SETIAP HARI 5%
    - BONUS CASHBACK 10%
    - BONUS 7x KEMENANGAN BERUNTUN !!

    Untuk informasi lebih lanjut bisa hubungi kami melalui :
    - Livechat : Live Chat Judi Online
    - WhatsApp : 081910053031

    Link Alternatif :
    - http://www.s128cash.biz

    Judi Bola

    Agen Judi Bola Terbaik

    BalasHapus