BOM DALAM DIRI KITA SENDIRI
Seperti sebuah bom, hidup kita memang menyimpan, bahkan mungkin
berawal dari sebuah ledakan. Para ahli astronomi dan fisika luar angkasa
menyebut “ledakan besar” atau big bang sebagai awal dari semesta ini,
awal dari kehidupan dan manusia. Begitupun hidup manusia, dikejutkan
oleh ledakan-ledakan gunung api yang memusnahkan dan melahirkan ras baru
manusia, seperti ledakan Toba 150 ribu tahun yang lalu.
Dalam
hidup sehari-hari, awal hidup manusia pun dikejutkan oleh sebuah ledakan
yang keluar teriakan jabang bayi saat menghirup oksigen pertama
kalinya. Hidup manusia dan manusia hidup mirip sebuah bom, juga tangisan
yang mengiringinya. Ledakan tangis adalah bahasa manusia pertama,
bahasa paling purba. Itulah kebudayaan tertua, tangis yang meledak.
Tapi,
belakangan ini, bahasa itu telah ditransfer atau dipinjam oleh
kebudayaan modern untuk menjadi senjata. Menjadi arsenal yang mengancam,
menakutkan dan menaklukkan. Sejak mesiu dan petasan ditemukan pertama
kali di China, ledakan adalah sebuah destruksi yang tidak hanya
mengancam jiwa, gedung dan prasarana, tapi juga adab dan kebudayaan
kita. Daya destruksi inilah yang membuat Alfred Nobel, seperti menyesali
karya monumentalnya sendiri, dinamit, dengan mendirikan yayasan yang
menyuarakan perdamaian.
Begitupun Albert Einstein, seperti
menyesal saat formulasi teoritik paling populer sepanjang masa yang ia
ciptakan, E = mc², menjadi ilham bagi munculnya bom atom yang
melenyapkan bukan hanya manusia, tapi juga peradaban dua pulau di
Jepang, Hiroshima dan Nagasaki. Bersama Sigmund Freud juga Schopenhauer
dia berkorespondensi menyuarakan hati pasifisnya untuk perdamaian dan
penolakan terhadap bom, anak kandungnya sendiri.
Tapi zaman yang
degil dan kian absurd ini ternyata kian tidak peduli pada mereka yang
arif dan bijaksana. Zaman ini hanya peduli pada produk. Bom tetap
diproduksi, beredar, dibeli dan digunakan, untuk segala keperluan. Dalam
perang, dalam industri, dalam pertambangan, hingga untuk teror yang
berkepanjangan.
Bom bukan lagi sebuah alat atau produk yang
eksklusif untuk keperluan tertentu saja. Kini kita menjumpainya dalam
bentuk-bentuk yang sangat sehari-hari, populer dan portable. Dalam tas
belanjaan, dalam rompi, dalam untaian bunga dan terakhir dalam sebuah
buku. Sebuah ironi destruksi dan kejahatan itu tersimpan dalam sebuah
monumen yang menyimpan sejarah, ilmu, bahkan keyakinan: buku.
Fenomena
baru ini seperti memberi pemahaman yang teroritik pada kita: bahkan
sebuah medium pengetahuan dan keyakinan pun bisa menjadi sebuah ancaman,
bisa jadi penyebab kerusakan fatal. Teror seperti ini lebih fatal dan
mengerikan dari ledakan bom itu sendiri. Rantai bom belakangan ini
sekadar susulan dari beberapa “bom” sosial lainnya yang terjadi
sebelumnya, seperti kerusuhan agama di Cikeusik dan Temanggung.
Semua
peristiwa itu memang tampaknya memberi efek yang menggiriskan, yakni
merosotnya rasa aman dalam diri kita sebagai sebuah bangsa, ketika
tempat-tempat yang selama ini dianggap damai, sejahtera dan sentosa
seperti Cikeusik dan Temanggung, ternyata juga menyimpang bomnya
sendiri.
Lunturnya rasa aman itu dilengkapi dengan runtuhnya otoritas-otoritas
yang selama ini menjadi pegangan rasa aman kita, mulai dari otoritas
politik, hukum, ekonomi, agama, akademik hingga kebudayaan. Pemerintah
terpilih, Anda tahu sendiri, adalan sentrum dari penggerogotan otoritas
itu. Bisa Anda bayangkan sendiri, bila kita, sebagai individu atau
sebagai bangsa, sudah tidak lagi merasa aman dan nyaman, sementara tak
ada otoritas tempat kita mengacu dan berlindung. Chaos? Nampaknya
demikian.
Nampaknya demikian. Tapi kenyataan bukanlah sesuatu
yang dapat diwakili oleh “nampaknya”. Kenyataan kita sebenarnya sebagai
individu atau manusia, sebagai komunitas atau bangsa, bukanlah makhluk
cengeng yang mudah diancam. Kita punya pengalaman panjang, ratusan
bahkan ribuan tahun untuk membuktikan itu. Apa sebab dan alasannya?
Sebab dan alasannya adalah diri kita, adalah kenyataan kita sebagai
sebuah negeri dengan kekayaan budaya yang luar biasa, yang tak tersaingi
belahan dunia manapun. Kita adalah adikuasa dunia dalam kebudayaan.
Masyarakat
yang kita susun di kepulauan ini melahirkan berbagai karakter, adat,
adab, hingga sikap, pola pikir dan perilaku yang sangat beragam. Sangat
beragam. Sehingga tidak ada satu kuasa, politik atau ideologis apa pun,
yang dapat menguasainya begitu saja. Tidak ada satu cara yang mampu
menggoyah kekuatan yang sangat beragam itu. Tidak kekuatan militer,
politik, kolonial, bahkan bencana alam pun. Apalagi hanya sebuah bom
picisan.
armuzz
ARIF MUSTOFA
Minggu, 18 Desember 2011
DIRI SENDIRI
Membesarkan Hal-hal Baik dalam Diri Kita
Apa yang membuat Anda sakit hati? Apa yang membuat batin Anda terluka? Tentu saja ada banyak hal yang menyebabkannya. Namun hal-hal itu semestinya tidak menyebabkan hati kita terluka. Mengapa? Karena sebenarnya di dalam diri kita ada begitu banyak hal baik yang mesti kita tumbuhkan. Ada seorang gadis mengalami kegoncangan jiwa. Pasalnya, saat ia menikah ia baru tahu bahwa ia bukanlah anak kandung dari kakek-neneknya yang selama ini ia kagumi. Ternyata ia adalah anak angkat mereka. Ia baru mengetahui statusnya saat berusia 21 tahun. Saat itu, ia hendak melangsungkan pernikahannya. “Saya adalah anak sulung dari lima bersaudara kandung. Saat saya dilahirkan, orangtua saya belum menikah. Untuk menutupi rasa malu, saya diadopsi oleh kakek-nenek dari pihak ibu. Akibatnya, sejak saya lahir saya masuk daftar keluarga kakek. Saya menjadi anak bungsu dari tujuh bersaudara,” katanya. Ia menikah pada usia 25 tahun. Pernikahan yang seharusnya penuh sukacita, namun justru sebaliknya. Saat perkawinan, dibacakan bahwa ia adalah anak yatim piatu. Sementara di sebelahnya duduk kedua orangtua kandungnya. “Air mata saya mengalir. Ingin rasanya saya berteriak. Saya ingin mengatakan kepada semua orang, “Saya masih punya orangtua yang hidup! Dan mereka ada di sini!” kata perempuan itu. Sangat menyakitkan ketika ia tahu bahwa ia tidak diakui sebagai anak kandung secara hukum. Ia hanya diakui secara biologis saja. Menikah dalam kondisi emosi yang masih labil sangat mempengaruhi hidup suami-istri. Ia menjadi orang yang sangat emosional dan sensitif. “Saya mudah terluka. Saya bersyukur mempunyai suami yang sangat sabar dan mengerti serta memahami sikap saya. Suami saya memberi saya waktu untuk mengolah pengalaman luka batin saya. Saya diberi waktu untuk berubah menjadi baik, menjadi istri yang baik dan sabar,” kata perempuan. Sahabat, ketika ada pengalaman pahit dalam hidup, kita sering menonjolkan pengalaman pahit itu. Kita lupa bahwa ada hal-hal yang manis dalam hidup ini. Sering hal-hal manis itu lebih banyak kita alami dalam hidup ini. Kita lebih mendahulukan hal-hal yang pahit. Seolah-olah hal-hal pahit itu yang utama dalam hidup kita. Kisah tadi mengajak kita untuk melihat hidup ini dari segi positif. Meski ada duka lara yang kita miliki, tetapi yakinlah hal itu hanya sebentar saja. Dukacita membantu kita untuk memetik nilai-nilai kebaikan dalam hidup kita. Perempuan dalam kisah di atas tidak terlalu lama terpuruk dalam luka batinnya. Ia cepat bangkit dari kenyataan diri yang ditolak itu. Ia yakin, dengan cara itu ia mampu menjadi seorang yang lebih baik. Apa yang mesti kita buat saat kita menghadapi masa-masa pahit yang menyebabkan luka batin menganga? Yang perlu kita lakukan adalah kita butuh kesabaran dalam mengendalikan emosi kita. Kita tidak perlu marah atau emosi saat menghadapi situasi seperti ini. Dengan demikian, kita lebih memusatkan perhatian kita pada hal-hal yang baik dalam hidup ini. Kita mesti ingat bahwa ada begitu banyak hal baik yang ada dalam diri kita. Kita tumbuhkan hal-hal baik itu. Kita besarkan hal-hal yang baik itu. Tuhan memberkati. **
Apa yang membuat Anda sakit hati? Apa yang membuat batin Anda terluka? Tentu saja ada banyak hal yang menyebabkannya. Namun hal-hal itu semestinya tidak menyebabkan hati kita terluka. Mengapa? Karena sebenarnya di dalam diri kita ada begitu banyak hal baik yang mesti kita tumbuhkan. Ada seorang gadis mengalami kegoncangan jiwa. Pasalnya, saat ia menikah ia baru tahu bahwa ia bukanlah anak kandung dari kakek-neneknya yang selama ini ia kagumi. Ternyata ia adalah anak angkat mereka. Ia baru mengetahui statusnya saat berusia 21 tahun. Saat itu, ia hendak melangsungkan pernikahannya. “Saya adalah anak sulung dari lima bersaudara kandung. Saat saya dilahirkan, orangtua saya belum menikah. Untuk menutupi rasa malu, saya diadopsi oleh kakek-nenek dari pihak ibu. Akibatnya, sejak saya lahir saya masuk daftar keluarga kakek. Saya menjadi anak bungsu dari tujuh bersaudara,” katanya. Ia menikah pada usia 25 tahun. Pernikahan yang seharusnya penuh sukacita, namun justru sebaliknya. Saat perkawinan, dibacakan bahwa ia adalah anak yatim piatu. Sementara di sebelahnya duduk kedua orangtua kandungnya. “Air mata saya mengalir. Ingin rasanya saya berteriak. Saya ingin mengatakan kepada semua orang, “Saya masih punya orangtua yang hidup! Dan mereka ada di sini!” kata perempuan itu. Sangat menyakitkan ketika ia tahu bahwa ia tidak diakui sebagai anak kandung secara hukum. Ia hanya diakui secara biologis saja. Menikah dalam kondisi emosi yang masih labil sangat mempengaruhi hidup suami-istri. Ia menjadi orang yang sangat emosional dan sensitif. “Saya mudah terluka. Saya bersyukur mempunyai suami yang sangat sabar dan mengerti serta memahami sikap saya. Suami saya memberi saya waktu untuk mengolah pengalaman luka batin saya. Saya diberi waktu untuk berubah menjadi baik, menjadi istri yang baik dan sabar,” kata perempuan. Sahabat, ketika ada pengalaman pahit dalam hidup, kita sering menonjolkan pengalaman pahit itu. Kita lupa bahwa ada hal-hal yang manis dalam hidup ini. Sering hal-hal manis itu lebih banyak kita alami dalam hidup ini. Kita lebih mendahulukan hal-hal yang pahit. Seolah-olah hal-hal pahit itu yang utama dalam hidup kita. Kisah tadi mengajak kita untuk melihat hidup ini dari segi positif. Meski ada duka lara yang kita miliki, tetapi yakinlah hal itu hanya sebentar saja. Dukacita membantu kita untuk memetik nilai-nilai kebaikan dalam hidup kita. Perempuan dalam kisah di atas tidak terlalu lama terpuruk dalam luka batinnya. Ia cepat bangkit dari kenyataan diri yang ditolak itu. Ia yakin, dengan cara itu ia mampu menjadi seorang yang lebih baik. Apa yang mesti kita buat saat kita menghadapi masa-masa pahit yang menyebabkan luka batin menganga? Yang perlu kita lakukan adalah kita butuh kesabaran dalam mengendalikan emosi kita. Kita tidak perlu marah atau emosi saat menghadapi situasi seperti ini. Dengan demikian, kita lebih memusatkan perhatian kita pada hal-hal yang baik dalam hidup ini. Kita mesti ingat bahwa ada begitu banyak hal baik yang ada dalam diri kita. Kita tumbuhkan hal-hal baik itu. Kita besarkan hal-hal yang baik itu. Tuhan memberkati. **
DIRI SENDIRI
RACUN DALAM DIRI SENDIRI
Racun pertama : Narsistik
Gejalanya: Kompleks superioritas, terlampau sombong, kebanggaan diri palsu.
Antibodinya: Rendah hati
Cara: Orang yang sombong akan dengan mudah kehilangan teman, karena tanpa kehadiran teman, kita tidak akan bahagia. Hindari sikap sok tahu. Dengan rendah hati, kita akan dengan sendirinya mau mendengar orang lain sehingga peluang 50 persen sukses sudah kita raih.
Racun kedua : Mengasihani diri
Gejalanya: Kebiasaan menarik perhatian, suasana yang dominan, murung, merasa menjadi orang termalang di dunia.
Antibodinya: Sublimasi
Cara: Jangan membuat diri menjadi neurotik, terpaku pada diri sendiri. Lupakan masalah diri dan hindari untuk berperilaku sentimentil dan terobsesi terhadap ketergantungan kepada orang lain..
Racun ketiga : Sikap bermalas-malasan
Gejalanya: Apatis, jenuh berlanjut, melamun, dan menghabiskan waktu dengan cara tidak produktif, merasa kesepian.
Antibodinya: Kerja
Cara: Buatlah diri kita untuk selalu mengikuti jadwal kerja yang sudah kita rencanakan sebelumnya dengan cara aktif bekerja. Hindari kecenderungan untuk membuat keberadaaan kita menjadi tidak berarti dan mengeluh tanpa henti.
Racun keempat : Sikap tidak toleran
Gejalanya: Pikiran picik, kebencian rasial yang picik, angkuh, antagonisme terhadap agama tertentu, prasangka religius.
Antibodinya: Kontrol diri
Cara: Tenangkan emosi kita melalui seni mengontrol diri. Amati mereka secara intelektual. Tingkatkan kadar toleransi kita. Ingat bahwa dunia diciptakan dan tercipta dengan keberagaman kultur dan agama.
Racun kelima : Kebencian
Gejalanya: Keinginan balas dendam, kejam, bengis.
Antibodinya: Cinta kasih
Cara: Hilangkan rasa benci. Belajar memaafkan dan melupakan. Kebencian merupakan salah satu emosi negatif yang menjadi dasar dari rasa ketidakbahagiaan. Orang yang memiliki rasa benci biasanya juga membenci dirinya sendiri karena membenci orang lain. Satu-satunya yang dapat melenyapkan rasa benci adalah cinta. Cinta kasih merupakan kekuatan hakiki yang dapat dimiliki setiap orang.
bebas
Obat Bagi Yang Dimabuk Cinta
Pertama: Berusaha ikhlas dalam beribadah.
Jika seseorang benar-benar ikhlas menghadapkan diri pada Allah, maka Allah akan menolongnya dari penyakit rindu dengan cara yang tak pernah terbetik di hati sebelumnya. Cinta pada Allah dan nikmat dalam beribadah akan mengalahkan cinta-cinta lainnya. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, “Sungguh, jika hati telah merasakan manisnya ibadah kepada Allah dan ikhlas kepada-Nya, niscaya ia tidak akan menjumpai hal-hal lain yang lebih manis, lebih indah, lebih nikmat dan lebih baik daripada Allah. Manusia tidak akan meninggalkan sesuatu yang dicintainya, melainkan setelah memperoleh kekasih lain yang lebih dicintainya. Atau karena adanya sesuatu yang ditakutinya. Cinta yang buruk akan bisa dihilangkan dengan cinta yang baik. Atau takut terhadap sesuatu yang membahayakannya.”[10]
Kedua: Banyak memohon pada Allah
Ketika seseorang berada dalam kesempitan dan dia bersungguh-sungguh dalam berdo’a, merasakan kebutuhannya pada Allah, niscaya Allah akan mengabulkan do’anya. Termasuk di antaranya apabila seseorang memohon pada Allah agar dilepaskan dari penyakit rindu dan kasmaran yang terasa mengoyak-ngoyak hatinya. Penyakit yang menyebabkan dirinya gundah gulana, sedih dan sengsara. Ingatlah, Allah Ta’ala berfirman,
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ
“Dan Rabbmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.” (QS. Al Mu’min: 60)
Ketiga: Rajin memenej pandangan
Pandangan yang berulang-ulang adalah pemantik terbesar yang menyalakan api hingga terbakarlah api dengan kerinduan. Orang yang memandang dengan sepintas saja jarang yang mendapatkan rasa kasmaran. Namun pandangan yang berulang-ulanglah yang merupakan biang kehancuran. Oleh karena itu, kita diperintahkan untuk menundukkan pandangan agar hati ini tetap terjaga. Lihatlah surat An Nur ayat 30 yang telah kami sebutkan sebelumnya. Mujahid mengatakan, “Menundukkan pandangan dari berbagai hal yang diharamkan oleh Allah akan menumbuhkan rasa cinta pada Allah.”[11]
Keempat: Lebih giat menyibukkan diri
Dalam situasi kosong kegiatan biasanya seseorang lebih mudah untuk berangan memikirkan orang yang ia cintai. Dalam keadaan sibuk luar biasa berbagai pikiran tersebut mudah untuk lenyap begitu saja. Ibnul Qayyim pernah menyebutkan nasehat seorang sufi yang ditujukan pada Imam Asy Syafi’i. Ia berkata, “Jika dirimu tidak tersibukkan dengan hal-hal yang baik (haq), pasti akan tersibukkan dengan hal-hal yang sia-sia (batil).”[12]
Kelima: Menjauhi musik dan film percintaan
Nyanyian dan film-film percintaan memiliki andil besar untuk mengobarkan kerinduan pada orang yang dicintai. Apalagi jika nyanyian tersebut dikemas dengan mengharu biru, mendayu-dayu tentu akan menggetarkan hati orang yang sedang ditimpa kerinduan. Akibatnya rasa rindu kepadanya semakin memuncak, berbagai angan-angan yang menyimpang pun terbetik dalam hati dan pikiran. Bila demikian, sudah layak jika nyanyian dan tontonan seperti ini dan secara umum ditinggalkan. Demi keselamatan dan kejernihan hati. Sehingga sempat diungkapkan oleh beberapa ulama nyanyian adalah mantera-mantera zina.
Ibnu Mas’ud mengatakan, “Nyanyian dapat menumbuhkan kemunafikan dalam hati sebagaimana air dapat menumbuhkan sayuran.” Fudhail bin ‘Iyadh mengatakan, “Nyanyian adalah mantera-mantera zina.” Adh Dhohak mengatakan, “Nyanyian itu akan merusak hati dan akan mendatangkan kemurkaan Allah.”[13]
bebas
cara merayu cewek
1. Sifat kekanak-kanakan
Nggak ada cewek yang suka melihat anda kekanak-kanakan. suka ngambek, suka ribut, suka cari masalah, tergantung orang lain, dsb.
2. Ngebadut
Banyak teman-teman saya yang berprofesi sebagai playboy :) . Mensarankan untuk tidak ngebadut di depan cewek. Pertama aku juga bingung. Maksudnya apa ngebadut. Apa jadi badut betulan? tampang saya emang nggak cakep-cakep amat sih bahkan cenderung jelek, tapi kalau mirip badut…nggak deh
Ternyata..ngebadut yang dimaksud ini adalah bercanda untuk menghibur si cewek. Merelakan diri untuk menjadi obyek lelucon. Melakukan hal-hal konyol untuk membuat si dia happy.
Anda disini tidak saling bercanda dengan si cewek melainkan anda menjadi bahan lelucon supaya si cewek bahagia. Jika anda tetap seperti itu anda hanya dianggap boneka mainan oleh si cewek. Dianggap Pacar atau suami…jangan berharap.
3. Khawatir Tampang
Banyak orang menganggap bahwa mempunyai tampang ganteng akan mudah meraih pacar. Memang IYA. Namun tidak untuk menjadi suami. Menurut penelitan sumber yang mungkin terpercaya bahwa wanita lebih memilih Pria yang dewasa.
Tampang no sekian. Asal punya tampang nggak jelek-jelek amat.
4. Tidak Menjadi pemimpin
Jika anda benar-benar lelaki sejati. Anda harus menunjukkan bahwa anda memang seorang pria yang akan menjadi pemimpin. Hal ini sudah terjadi selama ribuan tahun…dan jangan diubah.
Gampang nya! Saat anda ingin menelepon si dia..Anda yang harus pertama nelpon dan ngomong ke dia. Kemuadian anda yang menentukan topik pembicaraan. Jika ingin pergi ke bioskop anda yang menentukan film apa yang ingin ditonton. Jika ingin pergi ke tempat wisata anda juga berkewajiban dalam menetapkan tempat wisata yang akan dituju.
5. Memanjakan cewek
Kesahalan fatal seorang laki-laki. Adalah terlalu memanjakan si dia. Kita ambil contoh aja…Membelikan banyak hadiah mahal tiap ketemu, mentraktir ke semua restoran mahal di penjuru kota.
Cewek memang akan suka dengan hal itu. Tapi itu tidak lebih dari fasilitas yang anda berikan. Bukan karena ketulisan dari dalam hati mereka.
Dan anda hanya akan dianggap sebagai pria yang ngarep untuk dicintai. Tidak lebih dari itu
Berikalanlah benda sewajarnya dan pada hari-hari tertentu saja. Kecuali jika si cewek itu telah menjadi istri anda.
Semoga bermanfaat jika anda ingin menjadi lelaki playboy atau cowok idam
bebas
CERPEN
Gian melempar piring berisi makanan yang di berikan Alice padanya. Pecahan piring dan makanan berserakan di lantai. Alice mundur karena kaget.
“ Apa pedulimu dengan ku?. Pergi!!!” bentak Gian pada Alice yang membuatnya semakin kaget.
“ Gi, aku tau ini berat, aku ngerti ba …..”
Cerpen Persahabatan Remaja“ Tau apa kamu dengan perasaanku.” Gian memotong kata-kata Alice.” Gak ada satu pun yang ngerti gimana perasaanku sekarang. gak ada yang peduli denganku bahkan orangtuaku sendiri, dan kamu gak perlu repot-repot memperhatikan.” Gian kalap.
Alice benar-benar mundur kali ini, belum pernah dia melihat Gian seperti ini. Dia tau Gian sedang banyak masalah, tapi dia gak nyangka Gian bisa sekalap ini. gak ada gunanya memaksakan diri pikirnya, Gian mungkin butuh waktu sendiri.
Setelah Alice pergi, Gian semakin kalap. Dia melempar semua barang-barang yang ada di kamarnya. Gian terduduk di antara barang-barang yang berserakan. Dia muak dengan semuanya. Kedua orangtuanya hanya sibuk dengan urusan mereka sendiri, jarang ada di rumah, dan kalau pun mereka pulang, maka mereka cuma bertengkar dan saling menyalahkan. Mereka sama sekali gak peduli dengan Gian, segala cara udah dilakukan Gian agar orangtuanya mau memperhatikannya, tapi tetap gak ada hasilnya.
Bahkan ketika Gian hampir dikeluarkan dari sekolah karena memukuli temannya sampai harus masuk rumahsakit, orangtua Gian malah bertengkar dan saling melempar kesalahan. Gian merasa benar-benar putus asa.
Dan terakhir yang membuat Gian makin tertekan adalah kenyataan bahwa ternyata Gian bukan anak kandung orangtuanya, dia cuma anak angkat, dan selama ini orangtuanya merahasiakan kenyataan itu. Gian gak sengaja mendengarnya waktu mereka bertengkar. Gian gak bisa terima keadan ini, untuk apa harta yang melimpah, buat apa kehidupan yang mewah, kalau kenyataannya dia gak bahagia.
Selama ini, cuma Alice yang selalu menemaninya, Alice adalah temannya dari kecil, sama Alice dia menumpahkan semua kekesalannya, tempat dia berbagi suka dan duka. Tapi sekarang Gian separti kehilangan kepercayaan, dia gak bisa percaya siapa pun lagi, baginya semua hanya pura-pura.dia benci semuanya.
Alice datang besoknya, dia berharap Gian sudah tenang lagi. Tapi ternyata dia salah, Gian masih bersikap sama.
”Mau apa lagi kamu kesini? Apa kamu gak ngerti juga. Udahlah di dunia ini emang gak ada yang peduli sama aku, semua cuma pura-pura. Pergi sana! Dasar cewe’ gak tau diri. Aku gak mau liat muka kamu lagi!!!”
”GIAN !!!” alice benar-benar gak bisa percaya dengan apa yang didengarnya.
” Ya, cewe’ gak tau diri. Puas !?!?!!. sekarang pergi dari sini!”
Alice bagai disambar petir. Dia gak pernah nyangka Gian akan mengatakan kata-kata seperti itu. Alice berlari meninggalkan gian, dia gak bisa lagi nahan airmatanya.
Dalam keadaan kalut gian memacu motornya dengan kecepatan tinggi, dia gak punya tujuan, dia Cuma ingin pergi.walaupun gak tau kemana.
Sebuah benturan keras menghantam gian. Tubuh gian. Tubuh gian terlempar dari motornya,darah mengalir dari kepalanya.gian tidak tau lagi apa yang terjadi.
Prrang ....
Gelas yang dipegang alice jatuh dari tanganya.
”Gian.” katanya tanpa sadar.
***
Gian terbaring di tempat tidurnya, kepalanya dibalut perban. Alice duduk di sebelah tempat tidur gian, sudah tiga hari gian gak sadar,dan selama itu alice selalu menemani gian,dia gak pernah ninggalin gian walaupun Cuma sebentar. Keadaan gian sudah membaik setelah sempat kritis karena kehilangan banyak darah.
” Gi, aku tau kamu punya masalah yang berat, tapi kamu salah kalau kamu pikir gak ada yang peduli sama kamu. Banyak yang sayang sama kamu, gi.dan kalaupun itu emang bener, kamu masih pumya aku yang selalu peduli dan sanyang sama kamu, aku gak akan ninggalin kamu. Tapi kalau kamu emang gak mau ketemu aku lagi, gak pa-pa, kamu gak usah khawatir, kamu gak akan pernah liat aku lagi. cepet sembuh gi.” alice mengecup kening gian dan menghapus airmatanya sendiri.
Alice keluar dari ruang serba putih itu, setelah pamitan dengan orangtua gian yang duduk di ruang tunggu, alice pergi, bukan Cuma dari rumah sakit itu tapi juga dari gian.dia sudah memutuskan untuk pindah ke Paris dan tinggal bersama orangtuanya yang bekerja disana, mungkin gak akan kembali lagi.
Gian mulai membuka matanya, pertama pandangannya masih kabur, kemudian mulai jelas Yang dilihatnya pertama kali adalah orang tuanya yang tersenyum memandangnya.
” Gian, kamu sudah sadar sayang?” jelas sekali nada lega dalam suara mama gian.
” mama.....papa......” kata gian lemah.
” maafin mama gian, selama ini mama dan papa terlalu sibuk, kami kurang memperhatikan kamu, sampai dirumah kami malah bertengkar.maafin mama gian.” kata mama gian, airmata mengalir dipipinya.
” iya gian, maafin papa juga. Walaupun kamu bukan anak kandung kami, tapi kami menyayangi kamu seperti anak kami sendiri, siapa lagi yang kami sayang kalu bukan kamu, Cuma kamu yang kami pumya. Maafin mama sama papa, karena kami kamu jadi begini. Alice sudah cerita semuanya, selama kamu koma dia yang menjaga kamu, dia juga yang udah mendonorkan darahnya buat kamu.”
” Alice ......dimana alice.” gian separti baru tersadar.
Mama dan papa gian terdian, mareka gak menjawab pertanyaan gian.
” ma ....pa ....alice mana?” desak gian.
” alice udah pergi.” jawab papanya hampir gak terdengar.
” pergi? Kemana pa.”
” kami gak tau gian, alice gak bilang, dia Cuma bilang dai bakal pergi dan gak akan kembali lagi kesini, karena dia bilang kamu gak mau ketemu dia lagi.” jelas papa gian.
” Alice .......” gian gak sanggup ngomong apa-apa lagi, dia ingat waktu dia mengatai dan mengusir alice, dia gak nyangka kata-katanya waktu sedang emosi itu udah buat dia kehilangan teman yang sangat menyayanginya dan rela berkorban demi dirinya walaupun dia udah menyakiti perasaan alice,
Alice, maafin aku. Kata gian dalam hati. Cuma itu yang bisa diucapkan gian.
bebas
pantun
Mata genit beradu pandang
senyum adik menggoda abang
ayolah dik kita melayang
menuju negri jauh di sebrang
Ada harta tidak terjaga
Ada peti tidak terkunci
Bahana cinta anak remaja
Sekejap kasih sekejap benci
Anak ayam belajar berenang
Anak itik di paya bakau
Mulut menyebut hati terkenang
Rindukan adik jauh di rantau
Anak bangsawan menjahit tabir
Sulam di tepi siku keluang
Benci tuan cuma di bibir
Dalam hati membara sayang
Bila cinta sudah melekat
Tahi onta serasa coklat
Menaiki kereta merknya honda
Pergi selayang kerumah hanapi
Bila cinta mekar di dada
Siang terkenang malam termimpi
Mulanya duka kini menjadi lara
Teman tiada hanyalah sendu
Bila rindu mulai membara
Itulah tanda cinta berpadu
Juragan pisau makan buah
Buah kotor kena tinta,
Jangan risau jangan gundah
Karena derita bumbu cinta
Langganan:
Postingan (Atom)